FKIP – Program Studi (Prodi) Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta sukses selenggarakan kegiatan kuliah pakar. Kuliah pakar ini diadakan secara luring pada Rabu (10/7/2024) lalu bertempat di Aula Gedung G FKIP UNS.
Kuliah pakar ini diselenggarakan di bawah naungan Himpunan Kimia Indonesia (HKI) yang bekerja sama dengan tiga program studi, yakni Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Prodi S-1 Pendidikan Kimia, dan Prodi S-2 Pendidikan Kimia. Kegiatan kuliah pakar dibuka secara langsung oleh Dekan FKIP UNS, Prof. Dr. Mardiyana, M.Si. Dalam sambutannya, Prof. Mardiyana menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat atas terselenggaranya kegiatan kuliah pakar yang menghadirkan narasumber dari Jerman langsung.
“Kami merasa sangat terhormat dengan kehadiran Prof. Barke, yang kunjungannya selaras dengan visi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) untuk menjadi universitas berkelas dunia. Salah satu inisiatif utama kami untuk mencapai visi ini adalah Program Profesor Tamu, yang mengundang para cendekiawan terkemuka dari universitas-universitas internasional bergengsi untuk berbagi pengetahuan dan keahlian mereka dengan komunitas kami,” ujar Prof. Mardiyana.
Kuliah pakar yang bertajuk “System Thinking for Interpreting Chemical Reaction on Submicro Level” ini menghadirkan narasumber seorang dosen dari University of Münster, Jerman, yakni Prof. Dr. Hans-Dieter Barke. Prof. Barke merupakan seorang profesor di Universitas Münster sejak 2013 dan memiliki pengalaman yang luas sebagai dosen dan pemimpin seminar di seluruh dunia, terutama di lingkungan laboratorium. Prof. Barke terkenal dengan keahliannya dalam pemikiran sistem dengan menginterpretasikan reaksi kimia pada tingkat submikro tanpa menggunakan jargon laboratorium.
Dalam kuliah pakar ini, Prof. Barke memaparkan materi terkait “System Thinking by Interpretation of Chemical Reaction on Submicro Level – without Laboratory Jargon”. Prof. Barke menjelaskan bahwa pemikiran sistem masih buruk pada abad ke-19. Zat telah ditemukan di hipotesis nyata pertama untuk keberadaan atom yang berasal dari Dal 1808, sedangkan untuk molekul dari Avogadro (Italia) pada tahun 1811. Namun, gagasan tentang ion muncul jauh setelahnya, gagasan tersebut diusulkan oleh Arrhenius (Swedia) pada tahun 1886.
Lebih lanjut, Prof. Barke memaparkan tentang prakonsepsi dan miskonsepsi yang dibuat di sekolah. Prakonsepsi dibawa oleh sebagian besar anak melalui pengamatan yang cermat dalam kehidupan sehari-hari mereka. Contoh prakonsepsi seperti pembakaran (sesuatu akan hilang, dihancurkan), perubahan bentuk zat (tembaga berubah dari merah menjadi hijau, besi dari abu-abu menjadi hitam, perak dari mengkilap menjadi hitam), dan gas bukanlah zat (tidak memiliki massa”), dsb.
Selanjutnya, miskonsepsi dapat dikembangkan oleh pengajaran yang tidak tepat. Contohnya seperti kesetimbangan kimia (reaktan dan produk menunjukkan konsentrasi yang sama, menunjukkan jumlah zat yang sama), asam-basa (asam mengandung H, basa mengandung OH”), asam lemah (mereka memiliki pH 3 atau lebih tinggi), dan reaksi redoks (oksigen selalu terlibat”). Terakhir, Prof. Barke memaparkan materi berdasarkan buku yang ia tulis, yakni buku “Essentials of Chemical Education”.
Reporter: Nila Prihartanti
Editor: Budi Suseno
https://fkip.uns.ac.id/
https://instagram.com/fkipuns.official/
#fkipuns
#fkipbagus
#uns
#unsbisa
Leave A Comment